Berat : 280
Lebar : 13
Panjang : 19
Sinopsis
Jam sepuluh malam. Denting suara sendok yang berada pada sisi cangkir menjadi satu-satunya suara yang mengisi hening di lantai bawah. Berbalut gaun tidur sifon berwarna putih, beserta kimono tipis dengan warna senada yang ujung lengannya dihiasi renda-renda manis, Audine asyik berdiri di belakang meja dapur tengah mengaduk-aduk racikan teh peppermint dengan rambut tergerai yang masih setengah kering. Sudah menjadi kebiasaan Audine, mandi di malam hari sebelum tidur. Baginya, guyuran air selalu mampu meluruhkan seluruh rasa penat dan lelah pada satu hari terlewati. Sambil sesekali mengangkat cangkir, perempuan itu mendekatkan uap-uap teh yang menarik ke depan hidung, sebelum menghirup lembut aroma peppermint dengan mata terpejam. Menikmati hangat dari aroma relaksasi yang menyapa jiwa. Selalu akan ada kesempurnaan di dalam ketidaksempurnaan. Lotus in the Mud. Satu pepatah bilang, “Jika tidak ada lumpur, maka tidak akan ada bunga lotus yang tumbuh mekar dari dalam air”. Begitulah kehidupan. Setiap manusia membutuhkan perjuangan demi memekarkan bunga di dalam diri masing-masing. Audine dan Ocean, dua manusia rapuh yang sama-sama menghadapi hidup segelap lumpur kotor. Si peri bunga manis, akhirnya tidak lagi terbang sendirian bersama sayapnya yang patah setelah dipertemukan dengan Ocean. Lelaki bernama samudra yang tanpa seorang pun tahu, justru tengah tenggelam di dalam lautnya sendiri.Mereka siap menjadi bukti dari satu pepatah melalui cerita masing-masing, yang mereka tulis hingga halaman terakhir. Tentang perjuangan, air mata, persahabatan, dan cinta.